ANALISIS KARAKTERISTIK PELUAHAN SEBAGIAN
PADA ISOLASI PVC MENGGUNAKAN ELEKTRODE METODE II CIGRE
BERDASARKAN VARIASI WAKTU DAN TEMPERATUR
Upriadi1, Gunawan2,
Abdul Syakur3
1,2Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Industri, UNISSULA
Jl. Raya Kaligawe Km.4,
Semarang.
3.Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik., UNDIP
Jl.
Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.
ABSTRAK
Sistem transmisi dan
distribusi tenaga listrik yang baik harus didukung dengan sistem isolasi kabel
yang baik. Salah satun material polimer yang cukup banyak digunakan secara luas
sebagai isolator perlengkapan tegangan tinggi adalah Polyvinyl Chloride (PVC). Namun demikian pada isolasi polimer seringkali ditemukan partial
discharge (PD) sehingga dapat mengalami
penurunan kualitas isolasi atau degradasi. Salah satu penyebab utama terjadinya
partial discharge adalah karena
adanya void dalam isolasi kabel. Oleh
karena itu, sangat perlu untuk mengetahui karakteristik dari partial
discharge yang terjadi pada isolasi
kabel, khususnya PVC
. Dalam makalah ini mempresentasikan
hasil penelitian berupa pengukuran PD skala laboratorium dengan menggunakan
sistem elektroda metoda II CIGRE pada
tegangan AC, dengan tegangan kerja
3 kVrms. Karakteristik PD
dalam sempel diamati pada temperatur 350C, 400C, 450C, 500C dan 550C.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut menunjukkan adanya
karakteristik muatan maksimum PD (Qmax) dan jumlah pulsa PD (n)
sebagai fungsi waktu dan fungsi temperatur. Besarnya rugi energi PD juga
dipengaruhi oleh kenaikan temperatur yang diakibatkan oleh aktifitas PD
tersebut pada sampel polimer. Pada suhu 350C muatan maksimum PD (Qmax) positif = 61041,5 pC, (Qmax) negatif = 87329,6 pC dan jumlah pulsa PD (n) positif = 123,(n) negatif
= 641. Pada suhu 550C muatan maksimum PD (Qmax) positif = 359120 pC, (Qmax)
negatif = 388972,6 pC dan jumlah pulsa PD (n) positif = 339, (n)
negatif =773
Kata kunci : CIGRE II, Partial Discharge, PVC dan Void.
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan tegangan tinggi merupakan salah satu upaya
untuk mengurangi rugi energi dalam sistem transmisi dan distribusi daya listrik
dari suatu pembangkit ke konsumen yang letaknya saling berjauhan. Karena dengan
menaikkan tegangan maka arus yang mengalir menjadi kecil sehingga rugi energi karena adanya arus
dan tahanan penghantar pun menjadi kecil. Transmisi dan distribusi daya listrik
itu biasanya melalui hantaran udara (Over
Head Line). Namun demikian karena beberapa kelemahan hantaran udara yang
diantaranya mengurangi estetika ruang dan memerlukan jarak aman yang lebar,
maka sistem transmisi dan distribusi daya listrik bawah tanah sekarang banyak
digunakan. Dalam sistem transmisi dan distribusi bawah tanah ini, kualitas
isolasi yang baik mutlak diperlukan untuk menjamin keandalan dan kualitas
penyaluran daya listrik ke konsumen. Namun demikian kegagalan atau gangguan
listrik kerap terjadi dan kejadian Partial
Discharge atau yang disingkat PD pada suatu void dalam material isolasi
polimer dipercaya menjadi salah satu penyebab utama terjadinya breakdown atau kegagalan isolasi. Oleh
karena itu perlu untuk memahami fenomena pre
breakdown dari material isolasi melalui suatu pengukuran PD.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada performansi
kabel polimer adalah cacat (defect).
Cacat itu dapat timbul dalam bentuk void, ketidakmurnian (impurities),dan tonjolan (protrusion)
pada permukaan (interface) antara
lapisan semikonduktor dan isolasi polimer. Akibat adanya stress listrik yang
terus menerus maka akan terjadi
peluahan, penuaan (aging)
isolasi polimer Fenomena pre breakdown
dapat dideteksi dengan pengamatan dan pengukuran pulsa Partial Discharge (PD) yang
dilakukan dengan sistem pengukuran yang mendetaksi arus dengan menggunakan elektroda metode II CIGRE yang merupakan
metodologi terkini[8] untuk memperkirakan ketahanan material isolasi
yang berbeda-beda terhadap PD dan menggunakan pola Φ-q-n yang menyajikan data
PD berupa waktu terjadinya tiap PD, besar muatan tiap PD dan jumlah PD yang
terjadi selama pengukuran.
Adapun PVC (
Polyvinyl Chloride) digunakan
sebagai objek studi atau sample dari penelitian ini karena mengingat
sebagian besar isolasi kabel memanfaatkan sifat yang dimiliki dan
keistimewaan-keistimewaan yang ada pada PVC seperti sifat dielektik, kekuatan,
resistansi terhadap panas, busur api, cuaca ataupun zat kimia dan
sifat-sifat lain yang mendukung
aplikasinya dalam penggunaan peralatan listrik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas akhir
ini adalah untuk menganalisis karakteristik peluahan sebagian pada isolasi PVC
menggunakan elektroda metode II CIGRE dengan:
- Mengetahui pengaruh waktu
penerapan tegangan terhadap jumlah partial
discharge (PD) dan muatan maksimum PD pada model void dalam material
isolasi polimer jenis PVC.
- Mengetahui pengaruh
temperatur terhadap jumlah partial
discharge (PD) dan muatan maksimum PD
pada model void dalam material isolasi polimer jenis PVC.
1.3 Pembatasan
Masalah
Pembatasan masalah pada Tugas Akhir ini
adalah:
- Pengamatan pulsa Partial discharge dilakukan melalui osiloskop digital GDS 2104, 4
channel buatan GW Instek.
- Sampel polimer yang digunakan dari jenis PVC sheet dengan ketebalan 0.1 mm dengan elektroda
metoda II CIGRE.
- Void yang terjadi merupakan bentukan dari
dua lapisan PVC dimana bagian tengah dari susunan tersebut adalah spacer
yang dilubangi dengan diameter 1 cm pada bagian tengahnya sehingga ketebalannya
dianggap sama untuk setiap sampel yaitu 0.1 mm.
- Tegangan yang diterapkan adalah tegangan
AC (50Hz), dengan tegangan kerja 3 kVrms.
- Temperatur sampel pada saat pengukuran
adalah 350C, 400C, 450C, 500C
dan 550C.
- Membahas pengaruh penerapan temperatur dan
lamanya waktu penerapan tegangan terhadap karakteristik PD.
- Karakteristik partial discharge (Qmax) yang diamati adalah jumlah
pulsa PD (n), besarnya muatan maksimum PD, dan tidak membahas fasa terjadinya
PD.
- Tidak membahas secara detil alat dan
komponen yang digunakan dalam sistem pengukuran.
2. DASAR TEORI
2.1 Isolasi Polimer Pada Kabel
Struktur polimer dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yait:
- Termoplastik termasuk
dalam jenis ini adalah polyethylene (PE)
dan polyvinyl Chloride (PVC)
- Termoset termasuk dalam jenis ini
adalah Neoprene, Hypalon, NitrilRubber,
Nitril Butadiene, Ethilen Propylene Rubber dan XLPE.
2.2. Polyvinyl
Chloride (PVC)
Polyvinyl
Chloride ( PVC ) memiliki rumus kimia :
CH2 = CHCl
PVC pertama kali
digunakan sebagai isolasi kawat dan kabel pada akhir tahun 1930-an sebagai
pengganti karet. PVC sekarang banyak digunakan sebagai material isolasi. PVC
banyak digunakan sebagai bahan isolasi kabel mulai dari tegangan rendah hingga
tegangan tinggi..
2.3. Penurunan
Kualitas Isolasi
Degradasi isolasi
seringkali dihubungkan dengan partial dicharge. Discharge pada interface
antara dua media disebut dengan discharge permukaan (surface
discharge) dan menghasilkan surface tracking. Selain di permukaan,
di dalam material isolasi juga terjadi discharge internal yang
dihasilkan karena stress elektrik yang tinggi melewati sebuah void yang
berisi udara. Stress elektrik yang tinggi ini terbentuk akibat gradien tegangan
antara tegangan yang diberikan dengan ground potensial. Partial
discharge yang terjadi pada sebuah void menyebabkan penurunan
kualitas isolasi yang dapat berakibat terjadinya kegagalan].
2.4. Peluahan
Sebagian (Partial Discharge)
Peluahan sebagian atau partial discharge yang disingkat PD adalah peluahan listrik lokal
yang hanya menjembatani sebagian isolasi di antara konduktor dan yang mungkin
terjadi dekat dengan konduktor.
Aktivitas PD disebabkan oleh cacat dalam bentuk void
(rongga), ketidakmurnian
dan tonjolan atau permukaan yang
runcing antara lapisan konduktor dan isolasi. PD dapat digambarkan
sebagai pulsa listrik atau peluahan pada suatu rongga berisi gas atau pada
sebuah permukaan dielektrik dari sistem isolasi cair, padat maupun gas. Peluahan ini hanya
menjembatani secara sebagian celah antara
isolasi fasa ke ground atau isolasi antara fasa ke fasa.
Ketika pulsa PD
timbul, terdapat aliran elektron yang sangat cepat antara satu sisi void yang berisi gas ke sisi lainnya.
Pulsa PD ini mempunyai rise time sekitar 1 ns dan berdurasi hingga ratusan ns. PD ini merupakan busur
api yang cukup kecil yang terjadi dalam sistem isolasi, karena itu menjadi
makin buruknya isolasi dan sering kali menghasilkan kegagalan isolasi sempurna.
Gambar 2.2.
Model void dan pulsa partial discharge
Syarat terjadinya PD yaitu
adanya elektron (muatan) dan jika tekanan medan listrik yang diterapkan
melebihi nilai kritis insepsi PD tersebut
2.5. Peluahan
Sebagian (PD) pada Void
Proses dasar discharge pada gas biasanya terjadi
melalui dua proses, yaitu :
2.5.1. Pembangkitan ion
Kegagalan listrik
yang terjadi di udara atau gas pertama-petama tergantung dari jumlah elektron
bebas yang ada di udara atau gas tersebut. Konsentrasi elektron bebas ini dalam
keadaan normal sangat kecil dan ditentukan oleh pengaruh radioaktif dari luar. Besarnya
energi yang diperlukan untuk melepas 1 elektron adalah :
U = ½ me
. ve2 =
e . V .....( 2.1 )
Di mana : e = Muatan elektron (coulomb)
V= beda potensial antara
kedua elektroda (volt)
me= massa elektron
(kg)
ve = kecepatan elektron ( m/s).
2.5.1.1. Ionisasi Karena Benturan ( Collision ) elektron
Dalam proses ionisasi karena benturan, sebuah
elektron bebas berbenturan dengan atom atau molekul gas netral dan menyebabkan
elektron baru dan ion positif. Kemudian proses ini dapat terjadi berantai dan
dapat direpresentasikan sebagai berikut :
e- + A →
e- + A+ .........( 2.2 )
dimana A adalah atom, A+
adalah ion positif dan e- adalah elektron.
Jika gradien
tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan akan
lebih banyak dibandingkan jumlah ion yang ditangkap menjadi molekul oksigen.
Tiap-tiap elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda secara kontinyu,
sambil membuat benturan-benturan yang kemudian akan membebaskan lebih banyak
elektron.
2.5.1.2. Foto Ionisasi
Secara umum proses fotoionisasi
dapat dinyatakan dengan persamaan :
A
+ h .Ï… → A+ + e-
.…. ( 2.3 )
Dimana :
A = atom atau molekul mula – mula
A+ = atom atau molekul yang bebas satu elektronnya
e- = elektron yang dibebaskan oleh proses
ionisasi
h = konstanta planck (6,63 x 10-34 joule )
2.5.1.3.
Ionisasi Termal
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan proses ionisasi karena
fotoionisasi. Perbedaannya terletak pada jenis energi yang diberikan pada atom
atau molekul netral. Jika gas dipanasi hingga temperatur yang cukup tinggi, maka
banyak atom netral akan memperoleh energi yang diperlukan untuk mengionisasi
atom atau molekul yang mereka bentur. Proses dapat dituliskan sebagai
Ui
(T) + A ↔ A+ + e-. …. ( 2.4 )
Dimana
Ui (T) = energi panas.
A = molekul atau atom gas mula-mula
A+ = molekul atom yang bebas 1 elektronnya
e- = elektron yang dibebaskan oleh proses
ionisasi.
2.6.2. Kehilangan ion
2.6.2.1. Penggabungan ( attachment
) elektron
Jenis benturan yang elektron menjadi bergabung pada
atom dan molekul membentuk ion negatif disebut attachment elektron. Proses ini tergantung pada energi elektron dan
jenis gas. Proses attachment terjadi dengan cara
- Attachment
langsung
AB + e → AB- …. ( 2.5 )
2. Attachment terpisah
AB + e → A + B- …. ( 2.6 )
2.6.2.2. Rekombinasi
Rekombinasi adalah kebalikan dari ionisasi, yaitu
bergabungnya kembali partikel bermuatan positif dan negatif tersebut diatas.
Terjadinya void
( rongga ) yang dapat menyebabkan PD sulit dihindari dalam proses pembuatan
polimer, void dapat terbentuk pada
proses pabrikasi, instalasi maupun operasi kabel :
- Pada pabrikasi, rongga udara terbentuk karena adanya udara yang bocor
saat proses cross-linking dari material polimer.
- Pada proses instalasi, seperti pada proses penyambungan kabel
dimungkinkan adanya kontaminan udara sehingga terbentuk rongga udara.
- Pada operasi kabel, seperti pada kondisi hubung singkat
terjadi pembenahan termis yang besar pada kabel. Jika tekanan yang dialami
melebihi batas yang dapat ditahan oleh isolasi polimer, maka ikatan polimer
dapat lepas sehingga menghasilkan rongga udara.
Discharge pada void
yang diteliti pada eksperimen dengan sampel PVC ini dapat dijelaskan dengan
baik menggunakan rangkaian ekivalen Whitehead
untuk discharge pada void seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2.
Rangkaian ekivalen void
Void diwakili dengan
kapasitor Cg yang
diparalel dengan sela percik, yang mengalami peluahan, yang terjadi ketika
tegangan padanya melebihi tegangan insepsi. Sementara kapasitansi isolasi yang
berada pada posisi seri dengan void diwakili kapasitor Cb dan bagian isolasi
selebihnya diwakili dengan kapasitor Cm.
Jika suatu tegangan AC dengan frekuensi f
dan magnitude V(t) diterapkan
pada isolasi, maka tegangan void Vg
(t) adalah :
.....(2.7)
Besarnya muatan partial discharge pada void dinyatakan :
Qg = Cg . Vg .…. ( 2.8 )
Kapasitansi total dari seluruh isolasi polimer ( Ca )
adalah :
.…. ( 2.9 )
Keadaan dalam bahan isolasi padat
itu jika dimisalkan pada gambar 2.3 memiliki tebal rongga sebesar t dan tebal
dielektrik sebesar d dan permitifitas
relatif zat isolasi padat adalah εr dimana t <<d pada
tegangan kerja Va maka berdasarkan besarnya :
.…. (2.10 )
Di mana : V1
= tegangan pada rongga
Va
= tegangan yang diterapkan
εr = Permitifitas
relatif zat isolasi padat
Gambar 2.3. Rongga dalam
bahan isolasi
Pada waktu gas dalam rongga
gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan anoda-katoda. Benturan –benturan
elektron pada anoda akan mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi zat padat.
Demikian pula, pemboman katoda oleh ion-ion positif akan mengakibatkan rusaknya
zat isolasi padat karena kenaikan suhu, yang kemudian mengakibatkan
ketidakstabilan termal. Keadaan ini menyebabkan dinding zat padat lama-kelamaan
rusak, rongga menjadi semakin besar dan zat padat bertambah tipis. Proses ini
disebut erosi dan kegagalan yang diakibatkan disebut kegagalan erosi.
Jika tegangan
bolak-balik V(t) yang diterapkan tidak menghasilkan kegagalan, maka
bentuk gelombang yang terjadi pada void adalah Vg.
Tetapi jika tegangan Vg tersebut sudah cukup besar bagi void,
maka akan terjadi peluahan pada Vs sebagaimana ditunjukkan
pada gambar 2.4. Pada waktu terjadi peluahan dengan tegangan Vs,
maka pada void timbul busur api. Busur api yang terjadi, diiringi oleh
jatuhnya tegangan sampai Vr dan mengalirnya arus i(t).
Busur api kemudian padam. Tegangan pada void kemudian naik lagi sampai
terjadi kegagalan pada void berikutnya pada tegangan Vs.
Hal ini juga terjadi pada setengah gelombang berikutnya yaitu yang negatif. Void
akan meluah pada waktu tegangan void mencapai –Vs,
pada waktu itu gas dalam void berada pada keadaan gagal. Akan tetapi
walaupun tegangan pada void meningkat akan mencapai tegangan percik ( spark
voltage ), bisa saja tidak terjadi peluahan sebagian, peluahan akan terjadi
jika elektron pemicu avalanche tersedia untuk memulai peluahan sebagian.
Gambar 2.4. Bentuk
tegangan ketika terjadi PD
2.7. Bentuk Representasi Data PD
Pulsa-pulsa PD dapat direpresentasikan dalam bentuk
urutan dari pulsa-pulsa tersebut pada setiap siklus atau berupa pola Φ-q-n, Φ-q
dan Φ-n. imbol Φ ini adalah sudut fase dimana PD terjadi, q adalah magnitude
dari PD dan n adalah jumlah dari pulsa PD.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2. 5. Representasi pulsa
PD dalam bentuk (a) urutan pulsa
(b) pola Φ-q-n,
(c) pola Φ-q (d) pola Φ-n
2.8. Karakteristik
Partial Discharge
Beberapa penelitian
yang terkait dengan partial discharge telah dilakukan dan diantaranya adalah
seperti yang dilakukan oleh T. Kondo dan
T. Mizutani yang meneliti tentang pola PD selama penuaan isolasi polimer
jenis LDPE ( Low Density Polyethylene
) terkait dengan perubahan gas yang berada dalam void dielektrik. Fenomena
perubahan pola PD tersebut di atas terjadi oleh karena kadar atau volume gas
dalam void yang berubah-ubah selama
penerapan tegangan. T. Kondo dan T.
Mizutani telah mengadakan pengamatan terhadap besarnya volume gas dalam void tertutup dan hasil pengamatan
menunjukan bahwa karakteristik muatan maksimum PD dan jumlah pulsa PD
dipengaruhi oleh kadar gas seperti O2, CO, CO2 dan H2O
yang ada dalam void yang hadir sebagai produk dari penuaan isolasi dan reaksi
kimia maupun yang sudah ada sejak awal.
Gambar 2.6. Perubahan volume gas elektronegatif pada void dalam
LDPE
Pada gambar 2.6 di atas menunjukan perubahan volume
gas yang terukur dalam sebuah void, perubahan
tersebut dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
- Permulaan, volume gas dengan cepat menurun mencapai
kira-kira 80 % sekitar menit ke-30.
- Setelah 30 menit berangsur-angsur naik hingga mencapai 95
% pada menit ke -125.
- Kemudian turun secara perlahan sampai sekitar menit
ke-1030 (jam ke-17).
- Akhirnya akan naik kembali sebelum terjadinya breakdown.
Gambar 2.8 menunjukan perubahan
pola PD selama pengukuran yang dilakukan oleh Teruyoshi Mizutani dan Takeshi
Kondo. Dari jumlah dan muatan PD
yang dihasilkan ternyata mempunyai kecenderungan yang mirip dengan perubahan
volume gas. Sementara itu kadar gas elektronegatif itu sendiri sebanding dengan
volume gas yang terjadi, sehingga Mizutani T dan Kondo Takeshi memberikan
perkiraan perubahan kepadatan atau kadar gas elektronegatif sebagaimana gambar
2.7 berikut.
Gambar 2.7. Perkiraan kadar gas elektronegatif dalam
volume gas dalam void
Gambar 2.8. Perubahan pola PD selama pengukuran
III. SISTEM PENGUKURAN
DAN PENGOLAHAN DATA
Peralatan
yang digunakan dalam mendukung penelitian ini, antara lain : Personal Computer (PC), Universal Serial Bus (USB), Digital Storage
Oscilloscope GDS 2104 Four Channel buatan Good Will Instrument (GW Instek),
Arester, RC detector, HPF, Elektroda II CIGRE, Kit pembangkit tegangan tinggi variable, sumber tegangan
AC 220 V dan software Microsoft Excel.
1. RC
Detector
Alat ini terdiri dari rangkaian
resistor dan kapasitor yang diparalel dan digunakan untuk mendeteksi pulsa PD
yang terjadi pada sample dan mendeteksi sinyal yang ditransmisikan ke sebuah High Pass Filter (HPF) sehingga
mendapatkan informasi mengenai sudut fasa dari tegangan sinusoidal fundamental
50 Hz yang dibangkitkan secara simultan atau bersamaan dengan tegangan yang
diterapkan. Rangkaian RC ini berfungsi sebagai integrator pulsa arus PD menjadi
tegangan sesuai dengan persamaan:
.…. ( 3.1 )
Dimana i(t) adalah arus pulsa PD. Cd
adalah kapasitor detektor dan Vd adalah tegangan pulsa PD.
Gambar 3.1. Konfigurasi sistem
pengukuran PD
Dimana :
Rk = Resistor ukur
Cb = kapasitor ukur
Ca = Kapasitor sample
Rd = resistor detector
I = Arus pulsa PD
q = muatan PD
Vd = Tergangan PD
2. High Pass Filter
(HPF)
Untuk memastikan kualitas
pengukuran pulsa PD digunakan High Pass Filter (HPF). Rangkaian HPF berfungsi
untuk melewatkan pulsa PD. HPF juga digunakan untuk mengeliminir noise sehingga
data pengukuran menjadi lebih valid.
Rangkaian HPF dapat dilihat pada gambar berikut
ini
Gambar 3.2. Rangkaian
ekivalen HPF
Gambar 3.3. Rangkaian
RC Detector dan HPF
3. Osiloskop
Gambar 3.4. Osiloskop GDS
2104
Osiloskop yang digunakan dalam
pengukuran ini adalah jenis Digital Real-Time Oscilloscope GDS 2104 buatan GW Instek yang kompak dan portable,
memiliki 4
channel dengan
bandwidth 200 Mhz, laju sample maksimum per chanel 1 GS/s.
Panjang data yang direkam 500 titik per chanel, dengan kapasitas memori 4 KB.
Osiloskop ini juga dilengkapi port USB, RS 232 dan GPIB.
Osiloskop ini berguna untuk
menampilkan bentuk pulsa arus yang sampai ke ground sehingga dapat diketahui
besarnya tegangan partial discharge dan dikoneksikan pada komputer menggunakan
USB yang kemudian akan merekam peristiwa terjadinya PD pada sampel PVC. Dan
osiloskop ini, dilengkapi dengan port USB sehingga dapat dilakukan pengambilan
data dengan menghubungkan flashdisk
dengan USB, dan akan didapatkan data dalam bentuk .csv atau microsoft excel.
4.
Elekrtoda II CIGRE
Sistem elektroda metode II CIGRE yang digunakan
dalam percobaan ini dapat dilihat pada gambar 3.5. Elektroda tegangan tinggi
berbentuk bola ditempatkan tepat di atas sampel percobaan untuk memastikan
medan elektrik yang tidak homogen dalam rongga. Dengan cara demikian terdapat
sebuah konsentrasi tinggi discharge dalam area terbatas pada permukaan
sampel uji coba. Untuk memungkinkan penggantian sampel dengan bahan dan dimensi
yang berbeda-beda, clamp bagian atas pada elektroda dapat dipasang dan
dilepas kembali.
Gambar 3.5. Sistem elektroda metode II CIGRE pada percobaan
5. Arester
Arester digunakan untuk melindungi osiloskop dari
tegangan lebih yang mungkin terjadi; produksi DEHN UGKF/BNC German. Body arrester
dihubungkan ke ground untuk pengamanan. Alat ini berada di antara RC
detector dengan osiloskop dan dipasang pada channel yang digunakan pada osiloskop.
Peralatan pengukuran tersebut kemudian dirangkai untuk keperluan
pengukuran. Gambar 3.6 menunjukkan rangkaian pengukuran PD
pada void menggunakan sistem elektroda metode II CIGRE.
Gambar
3.6. Rangkaian pengukuran partial discharge
Sampel yang digunakan adalah polyvinile chloride ( PVC ) yang dimensi dan bahan dan susunan
elektrodanya ditunjukan dalam gambar 3.7 berikut.
Gambar 3.7. Susunan sampel dan
elektroda
Elektroda bagian atas pada gambar
3.7 adalah elektroda bola dari metoda II CIGRE
dengan diameter 5 mm yang sudah tercetak dalam resin padat, sedangkan
bagian bawah adalah elektroda bidang atau plat yang terbuat dari logam stainless steel.
Sampel void dalam PVC di atas
dibuat dengan menumpuk 2 buah lapisan PVC sejenis dengan ketebalan 0,1 mm
dimana salah satu lapisan yaitu lapisan kedua atau tengah merupakan spacer. Spacer dengan ketebalan 0,1 mm
ini, pada bagian tengahnya dibuat lubang lingkaran dengan diameter 1 cm yang
merupakan void buatan itu sendiri.
Dalam pengukurannya, elektroda
bola sebagai fasa ditempatkan tepat ditengah susunan PVC, yaitu tepatnya di
atas void dan elektroda bidang sebagai ground.
Untuk mencegah agar ketiga lembaran PVC tersebut tidak bergeser selama
pengukuran dan membentuk ruang atau void tertutup maka sampel void PVC dijepit
dengan kedua elektroda melalui mur yang ada pada holder CIGRE.
3.1. Mekanisme Pengujian
dan Pengolahan Data
Pengukuran PD pada penelitian ini, menggunakan elektroda metode II CIGRE,
elektroda II CIGRE dihubungkan dengan tegangan tinggi AC (50 Hz) 3kVrms
yang merupakan tegangan insepsi, yaitu tegangan dimana PD pertama kali muncul.
PD yang muncul pada sampel dideteksi dengan RC detector yang berfungsi
sebagai integrator. Keluaran dari RC detector adalah hasil integrasi
dari gelombang arus PD terhadap waktu dan dengan demikian tegangan keluaran ini
sebanding dengan muatan PD.
Vout
~ q
Kemudian
dari RC detector dihubungkan ke Channel 3 osiloskop melalui
arrester, sementara Channel 1 digunakan untuk mendapatkan Fundamental
Wave. Osiloskop diatur pada 20 mV/div, 5 kS/s, trigger level 0.00 V, posisi horizontal 0.00 s. Dengan menggunakan
USB maka dapat merekam kejadian PD menggunakan PC melalu program FreeWave
secara real-time, namun data yang
direkam hanya berupa video (.wmv). Sedangkan data PD yang akan diolah (.csv)
pengambilan datanya dilakukan secara manual, yaitu dengan menghubungkan Flashdisk pada port USB osiloskop. Data
ini berupa file berekstensi .csv yang
dapat diolah menggunakan software Microsoft Excell untuk menunjukkan pulsa
PD yang terukur oleh osiloskop.
Gambar
3.8. Tampilan pulsa PD pada komputer dari Osiloskop GDS 2104 saat pengukuran
Gambar
3.9. File hasil eksekusi (.csv),
terdiri dari 500 baris data dan tampilan pulsa Pdnya
3.2. Bentuk Representasi pulsa PD
Pulsa-pulsa
PD hasil pengukuran ini dapat direpresentasikan pada bidang phasa tegangan
dalam bentuk urutan pulsa PD atau berupa pola f-q-n.
Simbol f adalah sudut phasa dimana PD terjadi, q adalah
muatan pulsa PD dan n adalah jumlah pulsa PD. Setiap titik merepresentasikan
sebuah pulsa PD.Makin tinggi titik berarti makin besar muatan pulsa PD yang
terjadi, begitu juga semakin padat jumlah titiknya semakin banyak PD yang
terjadi.
Gambar
3.10. Bentuk urutan pulsa PD pada void dengan elektroda metode II CIGRE
IV. HASIL
PENGUKURAN DAN ANALSIS
Membahas hasil penelitian
pengukuran PD pada void untuk jenis
polimer PVC. Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai karakteristik PD sebagai
fungsi waktu dan fungsi temperatur.
4.1. Karakteristik
Jumlah Pulsa
4.1.1. Karakteristik
Jumlah Pulsa PD Sebagai fungsi waktu
Dari data hasil
pengukuran, pada temperatur 350C, 400C, 450C, 500C sampai 550C, didapatkan karakteristik jumlah pulsa PD pada void PVC, seperti pada gambar 4.1, 4.2,
4.3 dan 4.4 berikut:
Gambar 4.1. Karakteristik jumlah
pulsa PD pada Void PVC suhu 350C
Gambar 4.2. Karakteristik jumlah pulsa PD pada Void PVC suhu
400C
Gambar 4.3. Karakteristik jumlah
pulsa PD pada Void PVC suhu 450C
Gambar 4.4. Karakteristik jumlah
pulsa PD pada Void PVC suhu 500C
Gambar 4.5 Karakteristik jumlah pulsa PD pada Void PVC
suhu 550C
Berdasarkan gambar 4.1 sampai
gambar 4.5 pulsa PD pada void dapat
muncul pada peluahan siklus positif maupun negatif. Masing-masing siklus
menunjukkan jumlah pulsa PD yang berbeda. Karakteristik jumlah pulsa PD pada
siklus positif maupun negatif cenderung mengalami kenaikan seiring dengan
lamanya waktu penerapan tegangan. Fenomena bertambahnya jumlah pulsa PD
terhadap waktu dapat dijelaskan bahwa pada saat medan listrik diberikan terjadi
ionisasi elektron. Elektron-elektron akan terionisasi dan memiliki energi
kinetik yang cukup untuk memungkinkan mengionisasi atom netral dalam atom gas
bila bertumbukan, dengan adanya ionisasi ini maka muncul elektron dan ion
positif baru, kemudian elektron itu akan memulai proses serupa untuk
menghasilkan dua elektron dan ion positif baru dan seterusnya. Jika proses ini
berlangsung terus-menerus seiring pertambahan waktu maka elektron akan terus
bertambah yang memungkinkan PD lebih mudah terjadi. Perubahan jumlah PD yang
terjadi selama pengukuran bersifat stokastik, hal ini dapat diakibatkan antara
lain oleh adanya proses rekombinasi yaitu proses bersatunya kembali elektron
dan anion sehingga terjadi pemadaman PD temporer yang menyebabkan jumlah pulsa
PD turun.
4.1.2. Karakteristik Jumlah Pulsa PD Sebagai Fungsi Temperatur
Gambar 4.1
sampai gambar 4.5 masing-masing menunjukkan karakteristik jumlah pulsa PD
sebagai fungsi waktu pada temperatur, Jumlah pulsa PD yang diamati
masing-masing adalah jumlah pulsa PD positif dan negatif pada setiap siklus.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mekanisme PD
dipengaruhi oleh temperatur.
Dari data pada tabel 4.1, maka dapat dibuat
grafik jumlah pulsa PD terhadap waktu seperti terlihat pada gambar 4.6,
menunjukkan karakteristik jumlah pulsa PD hasil pengukuran sebagai fungsi
temperatur.
Gambar 4.5. Pengaruh temperatur
terhadap jumlah pulsa PD
Pada gambar 4.6, Terlihat dengan
menaikan temperatur maka jumlah PD semakin banyak seiring bertambahnya waktu.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, berarti memberikan suatu energi termal
pada elektron dalam suatu atom polimer. Energi termal ini dapat digunakan oleh
elektron pada orbit terluar (elektron valensi) untuk terionisasi dan menjadi
elektron bebas. Jika energi termal yang diberikan pada elektron valensi
melebihi energi ionisasi, maka kelebihan energi ini akan merupakan energi
kinetik bagi elektron bebas tersebut. Sehingga elektron bebas ini dapat
bergerak dan pergerakannya dipercepat oleh adanya medan listrik yang
diterapkan. Elektron bebas ini dalam jumlah tertentu akan dapat membentuk suatu
avalanche (banjiran) elektron, proses
terjadinya banjiran elektron disebabkan ionisasi karena panas, jika polimer
dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi maka banyak elektron akan memperoleh
energi yang diperlukan untuk mengionisasikan atom-atom yang mereka bentur. Ini
menyebabkan elektron-elektron tersebut tidak hanya memperoleh energi dari medan
listrik saja tetapi juga memperoleh energi dari pemanasan, kemudian akan dapat
menimbulkan partial discharge dalam
polimer. Jadi semakin tinggi temperatur suatu polimer akan semakin banyak
jumlah partial discharge yang muncul.
Adapun jumlah pulsa PD siklus
negatif tampak lebih banyak daripada jumlah pulsa PD siklus positif. Ini dikarenakan saat
siklus negatif, elektroda bola berpolaritas negatif, sehingga elektron mula
berasal dari elektroda bola. Demikian sebaliknya, saat siklus positif elektroda
bola berpolaritas positif, elektron mula berasal dari polimer PVC atau gas yang
berada disekitar elektroda. Karena energi ionisasi elektroda bola lebih kecil
dibanding polimer atau gas maka memungkinkan elektron pada elektroda bola jauh
lebih mudah keluar untuk mengawali terjadinya PD.
4.2. Karakteristik Muatan Maksimum PD
4.2.1. Karakteristik Muatan Maksimum PD Sebagai Fungi Waktu
Gambar 4.6, 4.7, 4.8 dan 4.9
menunjukkan karakteristik muatan maksimum PD hasil pengukuran sebagai fungsi
waktu pada tegangan 350C, 400C, 450C, 500C
sampai 550C.
Gambar 4.6 Karakteristik muatan maksimum pulsa PD
pada void dalam PVC suhu 350C
Gambar 4.7 Karakteristik muatan maksimum pulsa PD
pada void dalam PVC suhu 400C
Gambar 4.8 Karakteristik muatan maksimum pulsa PD
pada void dalam PVC suhu 450C
Gambar 4.9 Karakteristik muatan maksimum pulsa PD
pada void dalam PVC suhu 500C
Gambar
4.11Karakteristik muatan maksimum pulsa PD pada void dalam PVC suhu 550C
Dari gambar 4.6 sampai
gambar 4.9 menunjukkan karakteristik muatan maksimum PD. Secara umum muatan
maksimum PD positif maupun negatif mengalami kenaikan seiring dengan
bertambahnya waktu. Saat terjadi PD, maka akan terjadi loncatan atau pelepasan
busur api pada rongga. Pada waktu gas dalam rongga gagal, permukaan zat isolasi
padat merupakan anoda-katoda. Benturan –benturan elektron pada anoda akan
mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi zat padat. Demikian pula, pemboman
katoda oleh ion-ion positif akan mengakibatkan rusaknya zat isolasi padat
karena kenaikan suhu, yang kemudian mengakibatkan ketidakstabilan termal.
Keadaan ini menyebabkan dinding zat padat lama-kelamaan rusak, rongga menjadi
semakin besar dan zat padat bertambah tipis. Proses ini disebut erosi dan
kegagalan yang diakibatkan disebut kegagalan erosi. Sehingga berdasarkan
persamaan 2.10 maka tegangan pada rongga akan semakin besar dan muatan maksimum
PD pun semakin besar.
4.2.2. Karakteristik
Muatan Maksimum PD Sebagai Fungsi Temperatur
Gambar 4.10 menunjukkan
pengaruh temperatur terhadap karakteristik muatan maksimum PD positif dan
negatif
Gambar 4.10 . Pengaruh temperatur
terhadap muatan maksimum rata – rata
Gambar 4.7 sampai gambar 4.11 masing-masing menunjukkan
karakteristik muatan maksimum PD positif dan negatif sebagai fungsi temperatur,
sedangkan gambar 4.12 menunjukkan muatan maksimum rata-rata PD positif dan
negatif sebagai fungsi temperatur. Muatan maksimum PD yang diamati
masing-masing adalah muatan maksimum PD positif dan negatif pada setiap siklus.
Dengan perubahan temperatur maka akan terjadi perubahan terhadap besar muatan
maksimum PD. Dengan adanya kenaikan temperatur pada material isolasi polimer
dan seiring dengan bertambahnya waktu muatan maksimum partial discharge yang terjadi semakin besar. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut : jika temperatur dinaikkan akan terjadi peningkatan
energi termal yang diperlukan untuk merangsang gerakan vibrasi yang cukup untuk
menyebabkan pemutusan ikatan polimer dan akhirnya bahan akan mengalami
ketidakteraturan struktur molekul sehingga semakin mudah munculnya partial discharge. Keadaan ini menyebabkan dinding zat padat
lama-kelamaan rusak, jalur discharge akan
semakin panjang dan semakin besar sehingga jalur ini akan semakin bersifat
konduktif yang akhirnya akan memudahkan arus mengalir atau muatan PD semakin
besar. Muatan maksimum PD positif dan negatif mengalami fluktuasi dengan pola
yang tidak teratur, hal ini disebabkan oleh keadaan zat padat yang terus
mengalami pemboman elektron dan ion, medan
listrik lokal, dan medan listrik sisa. Medan listrik sisa lebih rendah pada
temperatur yang lebih tinggi. Penurunan medan listrik sisa disebabkan oleh
penurunan tekanan gas karena permeabilitas gas lebih besar atau perubahan kondisi
permukaan dinding zat padat pada temperatur yang lebih tinggir.
Adapun
muatan maksimum PD negatif tampak lebih kecil daripada muatan maksimum PD
positif. Ini
dikarenakan saat siklus negatif, elektroda bola berpolaritas negatif, sehingga
elektron mula berasal dari elektroda bola. Demikian sebaliknya, saat siklus
positif elektroda bola berpolaritas positif sehingga elektron mula berasal dari
polimer PVC atau gas yang berada disekitar elektroda. Karena energi ionisasi
elektroda bola lebih kecil dibanding polimer atau gas, maka berdasarkan
persamaan 2.5, saat terjadi pelepasan muatan (discharge), muatan elektron mula yang berasal dari elektroda bola
akan lebih kecil dibanding elektroda bidang dan ini terjadi saat siklus negatif.
V.
Kesimpulan
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan
pembahasan yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan yang bisa didapat dari
laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
- Karakteristik PD dipengaruhi oleh temperatur dan waktu
penerapan tegangan pada bahan isolasi
- Karakteristik jumlah pulsa PD (n) terhadap waktu (t),
pada saat (t0) n positif = 9, n negatif = 71 sedangkan pada saat (t60)
n positif = 56, n negatif = 127. Artinya jika waktu yang diterapkan dalam pengukuran
semakin lama maka jumlah pulsa PD naik.
- Karakteristik muatan maksimum (Qmax) terhadap
waktu (t), pada saat (t0) Qmax positif = 53021,44 pC, Qmax
negatif = 115400 pC sedangkan pada saat (t60) Qmax
positif = 99805,07 pC, Qmax negatif = 68616 pC. Artinya semakin lama
wakyu yang diterapkan pada bahan isolasi maka semakin tinggi pula muatan
maksimumnya, sehingga akan terjadi penurunan kualitas isolasi atau degradasi.
- Karakteristik jumlah pulsa PD (n) terhadap temperatur
(T), pada saat (T35oC) n positif = 123, n
negatif = 641, sedangkan pada saat (T55oC) n positif
= 339, n negatif = 773. Artinya
jika temperatur yang diterapkan dalam pengukuran semakin tinggi maka
jumlah pulsa PD naik.
- Karakteristik muatan maksimum (Qmax) terhadap
temperatur (T), pada saat (T35oC) Qmax
positif = 61041,55 pC, Qmax
negatif = 87329,6 pC sedangkan pada saat (T55oC)
Qmax positif = 359120 pC, Qmax negatif = 388972,6 pC.
Artinya semakin tinggi temperatur yang diterapkan pada bahan isolasi maka
semakin tinggi pula muatan maksimumnya, sehingga akan terjadi penurunan
kualitas isolasi atau degradasi.
- Jumlah pulsa PD negatif selalu lsbih besar dibandingkan
dengan pulsa PD positif, itu dikarenakan saat siklus negatif, elektroda bola
berpolaritas negatif, sehingga elektron mula berasal dari elektroda bola.
Demikian sebaliknya, saat siklus positif elektroda bola berpolaritas positif,
elektron mula berasal dari polimer PVC atau gas yang berada disekitar elektroda.
5.2. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran
yang dapat kami kemukakan bagi para pembaca yang berminat melanjutkan untuk
menyempurnakan penelitian tentang isolasi polimer pada umumnya dan PVC pada
khususnya di waktu mendatang.
- Dalam penelitian PD selanjutnya diperlukan
akuisisi data yang real time
(berkesinambungan dan simultan) sehingga data yang diperoleh lebih banyak dan
tanpa jeda. Bila hal ini bisa dilakukan maka perkembangan pulsa dan
pola PD dapat diamati lebih baik.
- Penelitian terhadap material isolasi polimer selanjutnya
dilakukan dengan perlakuan kondisi yang berbeda seperti variasi tegangan, suhu,
kelembaban, dan tekanan sebagaimana kondisi saat polimer PVC digunakan dalam
ketenagalistrikan.
- Hendaknya penelitian juga dilakukan pada material isolasi
yang memiliki bentuk cacat yang lain seperti adanya tonjolan dipermukaan
isolasi, ketidak murnian isolasi karena ada material lain.
DAFTAR PUSTAKA
- A,Syamsir.,
Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik
Tegangan Tinggi, Salemba Teknika, Jakarta,2001.
- Boogs,
S. and Densely, J., Fundamentals of
Partial Discharge in Context of Field
Cable Testing, IEEE electrical insulation Megazine, September/Oktober-2000
vol.16 No.5.
- Dissado, L.A. and Fothergil,
J.C.,Electrical
Degradation And Breakdown In Polymers, Peter
Peregrinus.Ltd, London, UK, 1992.
- Kind,
D., and Hermann K., High Voltage
Insulation Technology, Firedr Vieweg & Sohn, 1985.
- Mizutani, T., and Kondo, T., PD Pattern
and PD current shapes of a void in LDPE. Proceeding
of the 6th International Converence on Properties and Aplications of
Dielectric Material june 21-26.Xian, China.
- Munandar A., Teknik Tegangan Tinggi, Ghalia, Indonesia, Jakarta, 1983.
- Munandar A., Teori Kegagalan Isolasi,Seri Teknik Tegangan Tinggi, Universitas
Trisakti, jakarta.
- Nugroho, P.S., Studi pengukuran peluahan sebagian pada pemohonan Listrik dan Void
dalam LDPE, Tugas Akhir S-1, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2000.
- Paoletti.,G.J., Partial Discharge Theory and technologies related to traditional testing methods of large rotating apparatus,
AISE Steel technology,2000.
- Qureshi,
M.I., Al Arainy, A.A., Malik, N.H., Electrical
Insulation in Power System, Marcel Dexter.inc, New York, 1998.
- Prasetyo, R., Studi Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Pada Karakteristik Partial
Discharge Struktur MIGM (Metal
Insulation gap Metal) Menggunakan Elektrode CIGRE II. Tesis magister Program Magister teknik Elektro Bidang
Khusus Teknik Tenaga Elektrik ITB, Bandung, 2004
- Rudi,K., Studi Pengaruh Temperatur Pada Karakteristik
Pemohonan Listrik Dalam Polimer, Tesis S-2, ITB, Bandung, 1998.
- Santoro., Karakteristik Peluahan Sebagian Pada Model Void Berdasarkan Fungsi
Waktu dalam PVC Menggunakan Metode Elektroda II CIGRE, Tugas Akhir S-1,
Universitas Diponegoro, 2006.
- Sulasno., Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2004.
- [Suwarno., Pengenalan Pola Partial Discharge Untuk Diagnosis Isolasi Padat
Tegangan Tinggi,Seminar Nasional dan Workshop, ITB,Bandung, 7 – 8 Desember,
1998.
- Suwarno., Study on electrical treeingand partial
discharge in Polymeric Insulating Materials, A Dissertation for The Doctor
Degree at School of Enginering, Nagoya University, Japan, 1996.
- Syakur,
A., Arief, Y.Z., Malek, Z.A, and Ahmad, H.,
An Experimental Study on Partial
Discharge Characteristics of Polyvinyl Chloride (PVC) Under AC – DC Voltages, Johor
Baharu, Malaysia, 2008
- Syakur, A., Yuningtyastuti dan Martoni, D., Sistem Pengukuran Partial Discharge pada
Model Void dalam PVC (Polyvinyl Chloride), Laboratory
Of Energy Conversion and Power System, University Of Diponegoro, Semarang,
2008.
- Syakur,
A., Windarto, J., Suwarno dan Redy, M., Pengukuran
Partial Discharge (PD) pada Bahan Isolasi Polimer untuk Mendeteksi Kerusakan
Isolasi pada Peralatan Tegangan Tinggi dengan Menggunakan Software Labview™,
Makalah seminar Nasional Ketenagalistrikan, Semarang, 2005
- Tanaka,
T., “Internal Partial Discharge and
Material Degradation,” Central Research Institute of Electric Power Industry, Japan.
- Tillar
Shugg., Handbook of Electrical and
Electronic Insulating Materials, IEEE Press, USA, 1995.
- Tobing, L.B., Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2002.
- Naidu, V
Kamraju., “ High Voltage Engineering “
Second Edition, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1995.
- Peschke,
R., R von Olshausen., “Cable systems for High and Extra-High Voltage”, MCD
Verlag Publicis, Berlin,
October 1999.
- Zahra, F, and Nema, R.S., Study of Corona
Pulses in Air Solid interface, Converence
record of the 1998 IEEE International Symposium on Electrical Insulation,
Virginia USA,1998.
- http://www.elektroindonesia.com/ener13a.